Wednesday, September 30, 2009

Tanya Andrew #25

Pak Andrew, saya Santoso yang saat ini sedang memegang jabatan sebagai supervisor dari sebuah perusahaan. Saya merasa kesulitan untuk menjadi trainer buat karyawan saya sendiri padahal saya ingin agar karyawan saya juga bisa mencapai apa yang telah saya capai, bahkan lebih lagi. Apa saran Bapak? Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih.

Muh. Santoso

Pak Santoso dan pembaca Tribun Timur yang budiman, tidak banyak orang yang berada di level Anda dan mau berpikir untuk menjadi trainer bagi karyawannya sendiri. Anda sungguh luar biasa dan memang seharusnya demikian.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk bisa menjadi trainer bagi karyawan sendiri, yaitu:

Pertama, kita perlu menjadi teladan bagi mereka, baik dalam sikap, kata-kata maupun perbuatan karena walaupun dikasih training apapun oleh pimpinan, tetapi kalau mereka melihat bahwa pimpinannya tidak melakukan apa yang diucapkannya, maka tentunya semua akan sia-sia saja.

Kedua, kita perlu sering melakukan sharing dengan karyawannya. Tidak segala sesuatu diketahui oleh pimpinan. Ada juga hal-hal yang lebih diketahui oleh staf kita dibanding pimpinannya. Karena itu, jangan malu untuk bertanya pada staf kita.

Ketiga, sebaiknya lebih banyak menggunakan teknik bertanya dari pada hanya sekadar memberi instruksi. Mengapa demikian? Karena jika instruksi yang diberikan, maka hanya bersifat satu arah saja. Kita tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh karyawan kita. Namun jika kita menggunakan teknik bertanya, maka tentunya kita bisa mengetahui apa yang dipikirkan oleh mereka dan jawaban mereka juga bisa menjadi masukan buat kita sebagai pimpinannya.

Keempat, beranilah berkata "Saya minta maaf" dan "Terima kasih". Itu adalah hal yang sering ditunggu oleh karyawan kita. Mereka tidak ingin disalahkan terus, tetapi mereka juga ingin mendapat apresiasi. Sebaliknya, jika pimpinan salah, mereka juga menunggu kata "maaf" dari pimpinannya.

Demikian sedikit masukan dari saya buat Pak Santoso dan seluruh pembaca Tribun Timur.

Akhirnya, tetap semangat dan jangan pernah menyerah karena apapun yang terjadi, selalu ada jalan keluarnya. Ingat, kita tidak dilahirkan sebagai orang gagal tetapi sebagai pemenang.



No comments:

Kisah sukses seorang Anak yatim yang membuka 44 cabang nasi rempah di seluruh indonesia

Dilansir dari akun Instagram "faktanyagoogle", baru-baru ini mulai terdengar eksistensi sebuah produk baru yang mengangkat remp...